Clean Retina Free Responsive Blogger ThemeFree Premium Blogger Themes form NewBloggerThemes.com

Kamis, 26 Juni 2014

Kepada, Ayah #5



Cerpen pertamaku yg di muat di Buku Analogi Kepada, Ayah..
Dibalik diammu Ayah



Genre : Kumpulan FTS
Penulis : Boneka Lilin et Boliners
Editor : Boneka Lilin
Layout : Boneka Lilin
Design Cover : BoLin & Ary
Penerbit : Harfeey
ISBN : 978-602-7876-46-0
Tebal : 145 Hlm, 14, 8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp37.000,- (Harga kontributor Rp31.000,- setiap pembelian bukunya)

Sinopsis

Kepada, Ayah...
Yang sebagian diriku berasal darinya.
Kepada, Ayah...
Yang rela merendahkan diri demi meninggikanku, anaknya.
Kepada, Ayah...
Yang dalam diamnya terdapat banyak cerita.
Kepada, Ayah...
Yang menghidupiku dari perahan peluh dan airmata.
Kepada, Ayah...
Ku tulis kisah untuk mengabadikannya.
Hanya kepada, Ayah...
^^^
Kontributor :
Boneka Lilin, Ary Hansamu Harfeey, Joanna Jeremiah, Romi A. Sinaga, Sri Lisna Sari, Lena Sesilia Auw, Faihah Zahrah, Nurul Anggraini, Muhammad Abrar, Annisa Nadya Pratiwi, Fitria Susanti, Agnes Rosalia, Annur Riska Eka Putri A.Z, Zulfach Amini, Dini Frisca Isklisiana, Roswita Puji Lestari, Dodi Saputra, Dwi Anggraheni, Hani Hasya Rizqiani, Arum Widyastuti Perdani, Fris Casanty, Kholishotu Syahidah, Endang Apriyani, Frodi Far, Mia Mutiara, Ismi Dita Muniroh, Endah Amelia, Dedi Saeful Anwar, Nduk Nay, Nur Laila Safitri, Widya Wulansari, Vita Ayu Kusuma Dewi, Nira Winarti, Fransiskus Sia Muliardi Sitanggang, Paresma Elvigro, Sally Apriyanti Nasution.
*
Ada banyak kisah nyata inspiratif dan mengharukan seputar sosok yang mayoritas tak banyak bicara tapi banyak bekerja; Ayah. Grab it! Sms 081904162092.



Sabtu, 15 Maret 2014

Keserakahan Manusia




 

Dalam diam aku mendengar

Kini alam meronta

Menahan keserakahan manusia

Alam rusak tak ada yang pinta

Ketentraman kini mulai hilang

            Berubah mencekam!

            Tertekan, bumi diancam!

Dia menjadi korban!

Isak tangis para manusia

Menderu bersama angin menyambut derita

Merasuk dalam jiwa

Getir yang kurasa

            Kalian mendengar jeritan itu?

            Atau terdiam dengan pura-pura tuli?

Atau hanya duduk ditempat begitu nyaman?

            Menyaksikan air, tanah, angin menangis

Jiwanya terkikis

Tak kuasa melawan kepedihan itu

Memang hatimu tuli, buta, bisu

Siapa yang harus kita salahkan?

            Kita sebagai penerus bangsa 

           Janganlah buat Ibu Pertiwi menangis kembali