Selasa, 14 Agustus 2012

PERCAYA PADA KEKUATAN CINTA

            Suatu malam aku menangis dan menanti , hati ini teriris melihat dia yang entah pergi begitu saja meninggalkanku. Aku yang begini adanya takkan pernah bisa memanggil dengan sebutan "Sayang" karena memang aku sudah tak pantas untuknya. Sedangkan dia, hmm tak usah dibandingkan lagi, aku kalah segalanya dari dia. Sudah kuduga dia memang bukan untukku.
             Nama ku Rendy, tinggi badanku 170 cm. Badanku tegap berkulit sawo matang, dan rambutku biasa. Tak ada yang spesial. Tak ada yang mau mendekatiku, apalagi cewe. Ahh itu sudah biasa kalo cewe mengacuhkan aku. Tapi.. Keadaan ini berubah setelah dia hadir. Siapa lagi kalo bukan dia pacarku dulu.
Yeah.. Namanya "Meisya" dia gadis cantik, sederhana, murah senyum dan tak pernah memilih-milih untuk berteman dengan siapapun. Sebenarnya ini kisah lamaku dan "Meisya" . Ya ini kisah cinta SMA ku dulu.
              Dari semenjak Masa Orientasi, Aku dan Meisya sekelas. Pertama melihat Meisya entahlah hatiku sudah gemetar. Tinggi Meisya sekitar 160 cm, kulit sawo matang, mata yang sedikit sipit, dengan berkerudung sederhana. Oh Tuhan ya, sepertinya aku "Jatuh Cinta"
              Apalagi ketika dia melontarkan senyumannya. Aku tak bisa berkutik sedikitpun, aku hanya melihat senyumannya yang sungguh mempesona itu.
               Setelah lama kenal satu minggu bersekolah, akupun tetap sekelas dengannya. Aku dan Meisya ditempatkan dikelas XC, setiap harinya aku bisa melihat senyuman manisnya itu. Aku sering disekelompokan dengan Meisya, dia pintar. Apalagi saat dia bicara, semua orang takluk padanya. Hehe aku terlalu berlebihan ya, memang karena aku jatuh cinta padanya. Aku semakin ingin lebih mengenalnya .
Perpustakaan, ya tempat ini yang selalu mengingatkanku pada Meisya. Karena setiap harinya Meisya selalu saja menyempatkan ke Perpustakaan. Dan sama sepertiku, aku pun selalu menyempatkan waktu untuk keperpustakaan untuk Membaca dan tentunya bertemu Meisya.
Yang paling ku ingat adalah, saat dia duduk disebelahku.
" Hey cowo pendiam." (Dia menepak bahuku).
" Hey Mei, belum tau aku ya?." (Kulontarkan candaku)
" Emang kamu gimana?" (Dia penasaran)
" Ada deh...eh mei, aku... "
"Aku apa?? Eh itu udah bel tuh, kita masuk kelas yuk.. Abis inikan pelajaran pak yoyo.
         Arrrrrghh padahal aku baru mau nanya, dia udah punya pacar belum? Ehh ternyata bel udah bunyi SIAALL!! Oh iya Pak Yoyo itu guru matem, aku paling gak bisa matem. Kalo Meisya emang murid kesayangan Pak Yoyo, dia pinter matem.
Nah keesokan harinya, aku samper ke rumahnya. Oh iya rumahku sama rumahnya deketan loh. Aku juga baru tau kalo dia tuh tinggal di Perumahan. Pas aku nyampe rumahnya, ternyata dia udah berangkat di anterin sama Papah nya. SIALLLL lagi nih!!
         Setiap harinya Meisya makin cantik dan rupanya aku makin cinta sama dia. Kalo ketemu Meisya tuh serasa kaya ketemu pejabat. Suka maluuu maluu gimanaaa gitu! Dan akhirnya kuberanikan buat deketin dia, aku belum terbiasa sih deketin cewe. Aku belum pernah pacaran sih. Di kantin.
"Hallo Mei..sendiri aja?" (Sambil malu2)
"Hey.. Hmm engga sih, ada temen cuma temenku dipanggil sama pak Yoyo buat Remed. Km remedial ga?"
(Sambil tersenyum)
"Ohh.. Engga dong, sekarang aku udah bisa matem dong."
" Syukur deh..." (Dia tersenyum)
" Eh.. Mei.. Hmmmm." (Aku gugup)
"Apa sih Randy?? " (Dia aneh melihatku)
" Aku boleh nanya ga?"
"Boleh, silahkan."
"Kamu...kamu.. Udah punya pacar belum?" (Sambil menundukan kepala)
" Hahaa.. Belum, aku gak mau pacaran dulu."
"Yesss.. (งˆ▽ˆ)ง ( jawabku dengan semangat)
"Haha semangat amat. Kenapa emang?"
" Engga, aku duluan ya??"
         Akupun ke kelas, mungkin dia aneh dengan sikapku. Entahlah aku seneng pas dia bilang kalo dia belum punya pacar. Berarti aku punya peluang buat deket sama dia. Keesokan harinya aku kirim dia setangkai bunga mawar dikolong bangku nya. Tampaknya Mei aneh, dan sedikit penasaran tentang hal itu. Tapi Mei tidak pernah menanyakan hal itu padaku. Keesokan harinya lagi, ku kirimkan coklat sama puisi ciptaanku sendiri. Mei tetap tidak menanyakannya lagi padaku. Dan yang paling kuingat adalah, ketika dia menempelkan puisi ciptaanku di mading. Maluuuuuu bangeet!
Yangku ingat adalah, dipinggir puisiku dia menulis. Coba yang ngirim puisi, coklat, dan bunga mawar kalo berani temui aku. Ga usah bikin aku penasaran!!!! Dia bilang gitu, itu yang masih aku ingat. Aku maluuu banget, dan akhirnya aku beranikan untuk temui dia. Dan akhirnya aku mengajak dia ke perpus.
"Mei sebentar aku mau bicara sama kamu." (Dengan wajah gugup)
Kubawa dia keperpustkaan sekolah.
"Di perpus? Inikan tempat belajar, bukan buat ngobrol."
"Please...."
"Ok."
         Dan akhirnya disanalah, aku menyatakan cinta ke Meisya. Meisya kaget dan tak percaya bahwa yg mengirim kiriman coklat,puisi, dan bunga itu Randy. Cowo yang kata dia pendiam itu. Dia ketawa, dan aneh melihatku. Mukanya memerah saat aku menyatakan cinta padanya.
"Apasih..? Aku yakin itu bukan kamu kan?"
"Ayolah Mei percaya, aku benar-benar mencintaimu."
"Hahha oke..oke ga nyangka kamu romantis." (Sambil memukul pundakku)
"Hehe..jadi jawabannya, mau dibales cinta atau ga akan di bales nih?"
"Sementara aku pending dulu deh."
(Dia lari dan pergi meninggalkanku, akupun mengejarnya.)
       Ya.. itulah kenangan diperpustakaan itu, hal yang paling ku ingat. Dan akhirnya keesokan harinya dia balas suratku yang kesekiankalinya tidak pernah dia balas. Diapun ingin lebih dekat mengenalku. Dan akhirnya kami jadian. Disurat itu dikatakan bahwa, dia mencintaiku dengan sederhana. Aku sangat mencintainya, sampai kelas 3 SMA pun aku masih pacaran sama dia. Karena dia sangat baik, tapi.....
Ya setelah kami lulus, Meisya meminta putus. Aku kaget dong, apa salahku? Padahal kita biasa-biasa aja malahan kemarennya kita udah ngerayain universary kita yang ke dua tahun. Oh... Entahlah sakit hati banget, tapi aku selalu berfikir positif. Mungkin Meisya ada sebabnya memutuskan ku.
        Dia menangis, ketika memutuskanku. Dan pergi meninggalkanku begitu saja, dia bilang "Tak usah memanggilku karena aku takkan menoleh lagi untukmu. Tak usah mengejarku karena aku akan salalu berlari , dan jangan pernah memanggilku karena aku takkan pernah mendengar lagi suara mu." Tapi suatu ketika jika kita tidak disengaja untuk dipertemukan tolong menoleh untukku, tolong panggil namaku dan tolong dengarkan suaraku. Aku hanya berpesan seperti itu padanya. Dan dia pergi meninggalkanku, dia menangis. Akupun sendiri di taman dengan hujan gerimis. Aku tidak bisa mengelaknya aku hanya diam membisu.
        Entahlah kurasa ini tidak adil, aku tak tau faktor apa yang menjadikan penyebab semua ini???? Sampai sekarangpun aku tidak tau. Tapi aku yakin aku pasti bisa bertemu dengannya lagi. Aku yakin pada kekuatan "Cinta"


                                                                                                                                                                           Bersambung.....

0 komentar: